Running text

Sugeng Rawuh Wonten Blog Menika, Mugi Saged Nambah InformasiPanjenengan Babagan Tradisi Kaliyan Budhaya Jawi. Matur Nuwun Sampun Mampir Wonten Blog Menika. Menawi Wonten Kiranging Isi Materi Nyuwun Pangapunten.

Sabtu, 29 November 2014

Wewehan an ing Kaliwungu

wewehan.jpg


Wewehan saka tembung weweh sing nduweni arti menehi. Tradisi iki dianakake kanggo mengeti Maulud Nabi Muhammad SAW. Ana ing adicara wewehan akeh sing dilakoni, kayata saben kaluwarga nukerake jajanan utawa panganan tradisional sing digawe. Jajan utawa panganan kuwi ditukerake karo tangga-tanggane, dadi saben omah gaweni jajanan tradisional banjur digelar ana ing ngarepan omah.
Sing nduweni tugas nuker jajanan yaiku bocah-bocah cilik. Nanging yen ana kaluwarga sing ora nduweni anak, bocah-bocah mung teka ana ing omah kuwi kanggo nuker jajan. Adicara wewehan mau nduweni makna kanggo ngerti apa kuwi pentinge bagi apa sing diduweni kanggo wong liya.

Kamis, 27 November 2014

Bedhaya Ketawang dan Mitosnya

Beberapa hari lalu, saya streamer-an mendengarkan sebuah stasiun radio. Kebetulan saat itu sedang dibahas sedikit cerita tentang mitos tarian kebesaran Bedhaya Ketawang. Sebenarnya cukup menarik, namun karena hanya sekilas info di jeda iklan jadi samar deh informasinya. Setelah sedikit searching, ternyata memang banyak cerita yang similiar.
Image
bedhaya ketawang
Tari Bedhaya Ketawang merupakan tarian kebesaran dan tarian yang di sakralkan di Keraton Jawa (Yogyakarta dan Solo). Tarian ini hanya dipentaskan satu tahun sekali, yaitu pada saat perayaan  hari penobatan raja atau “Tingalan Dalem Jumenengan”.
Seperti halnya tarian Bedhaya lainnya, tarian ini bersifat magis-religius,

Selasa, 25 November 2014

PESTA BARATAN


Pesta Baratan 
Adalah salah satu tradisi masyarakat Jepara berupa arak-arakan lampion (impes) setiap 15 Sya'ban atau 15 hari sebelum Puasa Ramadhan, dan erat kaitannya dengan jaman Ratu Kalinyamat saat berkuasa yang pada waktu itu konon terjadi saat menyambut iring-iringan rombongan yang membawa jenazah Sultan Hadlirin suami sang Ratu yang  wafat dan masyarakat banyak membawa impes / lampion sepanjang jalan sebagai kehormatan dan terjadi bertepatan dengan Nisfu Sya'ban. Kata “baratan” berasal dari sebuah kata Bahasa Arab, yaitu “baraah” yang berarti keselamatan atau “barakah” yang berarti keberkahan. Tradisi Pesta Baratan dilaksanakan setiap tanggal 15 Sya’ban (kalender Komariyah) atau 15 Ruwah (kalender Jawa) yang bertepatan dengan malam nishfu syakban. Kegiatan dipusatkan di Masjid Al Makmur Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamatan mengingat di sana merupakan masjid tertua dan masih ada peninggalan pada masa Ratu Kalinyamat. Biasanya Setelah shalat maghrib, umat islam desa setempat tidak langsung pulang. Mereka tetap berada di masjid / musholla untuk berdo’a bersama. Surat Yasin dibaca tiga kali secara bersama-sama dilanjutkan shalat isya berjamaah.

PERANG OBOR DESA TEGAL SAMBI, JEPARA


IMG_0047

Cerita rakyat merupakan bagian dari kebudayaan kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun, hal ini bisa digolongkan sebagai foklor yang merupakan sebagian kebudayaan kolektif yang memiliki suatu tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Saya Naili merupakan warga asli Jepara yang akan menceritakan tentang salah satu tradisi budaya di Jepara yang masih di lestariakanan dilaksanakan oleh orang Jepara sampai sekarang.
Pada zaman modern saat ini, masyarakat kebanyakan lebih berfikir realistis dan maju, sehingga jarang ada masyarakat yang masih melestarikan dan mempercayai adat-istiadat yang sudah ada sejak zaman terdahulu. Namun, hal itu tidak sepenuhnya berlaku pada setiap masyarakat. Misalnya, di desa Tegal Sambi, Jepara, adat-istiadat masih dilestarikan dan dipercayai oleh warga masyarakatnya.
Cerita ini didapatkan dari berbagai sumber yang ada, bahwa di desa Tegal Sambi, Jepara, Jawa Tengah ada tradisi perang obor yang setiap tahunnya dinanti dan dilaksanakan para warganya. Tradisi yang telah dilakukan sejak puluhan, bahkan ratusan tahun lalu itu, sampai kini masih terus dilestarikan. Perang obor itu masih diuri-uri dan dijaga kelestariannya. Bagi pemerintah daerah Jepara acara tradisi itu dikemas menjadi ajang wisata yang mampu menyedot pengunjung yang cukup banyak. Namun bagi warga desa Tegal Sambi ritual “Perang obor” sebagai tolak balak dan juga ajang syukuran warga desa sehabis panen padi, agar tahun-tahun mendatang semua warga masih mendapatkan rejeki dari yang Maha Kuasa.
Perang obor berawal dari ikhtiar batiniah para leluhur. Tujuannya,

Sejarah dan Kebudayaan Jepara

Ada berbagai macam tradisi budaya di Jepara mulai arak-arakan pawai obor,Gong Senen dan lain-lain.Sebagian yang merupakan kebudayaan Jepara yang terkenal adalah Gong Senen yang diadakan setahun sekali setelah sholat Idul Fitri sambil mengiringi kehadiran para tamu yang berhalal-bihalal.

gamelan-gong-kebyar2

ASAL SEBUTAN GONG SENEN

Pada masa Jepara dipimpin kanjeng Adipati dalam abad yang lalu,sebuah keajaiban terjadi dengan adanya Seperangkat Gamelan yang datangnya tiba-tiba dan tidak ada yang tahu dari mana asalnya.Anehnya lagi,seperangkat gamelan ini tidak bisa di bunyikan oleh kanjeng Adipati.
Dalam abad itu ada tradisi di Jepara setiap sebulan sekali seluruh tokoh masyarakatdi Kabupaten Jepara berkumpul dan mengadakan Pisonawan Agung di Pendopo Kabupaten.Dalm momen ini Kanjeng Adipati memberikan kesempatan kepada semua tokoh masyarakat dan para lurah untuk membunyikan Gong tersebut.Hampir semua tidak bisa membunyikan Gong tersebut tetapi dari sekian lurah dan tokoh masyarakat yang hadir waktu itu hanya satu yang bisa membunyikan Gong itu yaitu Lurah Senenan sehingga Gong tersebut diberi nama GONG SENEN.Karena hal itu akhirnya kanjeng Adipati memberikan perintah kepada Lurah Senenan untuk merawat dan membunyikan Gong tersebut samapai sekarang dengan hari dan waktunya yang khusus dan tidak sembarangan yaitu pada hari Senin pagi dan sore dengan jam yang khusus di Panti Pradonggo Birowo sebelah selatan Pendopo Kabupaten Jepara.